Senin, 04 Oktober 2010

Edisi Mei-Juni

NENEK MOYANG LINGKARAN

Tahukah Anda, bagaimana bangun datar berupa lingkaran terbentuk pada awalnya? Terdapat dua teori berbeda yang mencoba menjelaskannya. Yang pertama adalah teori evolusi bujur sangkar. Teori ini mengatakan, lingkaran terbentuk akibat perubahan sedikit demi sedikit yang dialami oleh bujur sangkar dalam rentang waktu yang sangat lama. Dengan kata lain, bujur sangkar merupakan bentuk awal dari lingkaran. Suhu dan tekanan udara yang tinggi di masa bumi purba, gas-gas penyusun atmosfernya, serta pengaruh hujan dan petir yang sangat sering terjadi kala itu, menyebabkan keempat sudut bujur sangkar menjadi semakin tumpul dan semakin melingkar. Tingkat ketumpulan ini semakin lama semakin membesar dan melebar seiring dengan perjalanan waktu yang lamanya mencapai puluhan, bahkan ratusan juta tahun. Di akhir proses perubahan sedikit demi sedikit dan bertahap ini, lingkaran yang sempurna pun dihasilkan dari bentuk induk atau nenek moyangnya, yakni bujur sangkar. Singkatnya, lingkaran adalah hasil proses evolusi dari bujur sangkar.

Teori kedua menyatakan bahwa lingkaran adalah bentuk bangun datar yang memang sedari awal sudah ada, dan sudah berbentuk lingkaran sempurna. Dengan kata lain, terdapat suatu kecerdasan tertentu di luar kekuatan alam yang telah dengan sengaja membuat lingkaran dengan ukuran diameter tertentu, sebagaimana beragam bentuk bidang datar lainnya, termasuk bujur sangkar. Kekuatan alam semata tidak mungkin mampu memunculkan atau membuat bujur sangkar dan lingkaran. Keduanya ada karena sengaja dibuat secara terpisah dan sempurna. Bujur sangkar bukanlah nenek moyang dari lingkaran, atau sebaliknya, yang berubah selama puluhan atau ratusan juta tahun akibat peristiwa alamiah belaka. Terdapat kekuatan dan kehendak di luar alam yang secara sengaja memunculkan kedua bentuk bidang datar ini secara terpisah.
Lucu, menggelikan dan sungguh tidak masuk akal. Demikianlah tanggapan yang akan muncul jika Anda mengisahkan secara serius teori pertama tentang asal usul lingkaran kepada orang lain, sebagaimana dipaparkan di atas. Kalau tidak percaya, Anda boleh mencobanya, sembari menggambar proses tersebut dengan ilustrasi sederhana, sebagaimana di bawah ini.
Namun teori evolusi jauh lebih tidak masuk akal dari dongeng di atas, sebab yang menjadi bahasan evolusi bukanlah sekedar bentuk sesederhana lingkaran dan bujur sangkar. Evolusi malah menganggap bahwa makhluk hidup yang merupakan bentuk tiga dimensi dengan struktur dan fungsi yang jauh lebih rumit dan sempurna, mengalami proses serupa sebagaimana dongeng di atas. Yang jauh lebih menarik lagi adalah bagaimana teori ini dapat dipercaya oleh jutaan manusia di seluruh dunia, padahal tidak terdapat bukti yang mendukungnya sebagai fakta ilmiah. Lalu ‘bukti’ apakah yang menjadikan dongeng ini mudah diterima masyarakat luas?
Yang pasti, jika sesuatu tidak memiliki bukti apa pun karena memang tidak pernah terjadi di alam, maka agar seolah ‘tampak sebagai fakta ilmiah’ maka bukti itu harus dibuat, direkayasa, atau kalau perlu dipalsukan. Agar tetap dipercaya orang, propaganda evolusi tetap saja disebarluaskan walau bukti ilmiahnya tidak ditemukan, atau tak pernah ditemukan karena memang tidak pernah ada. Kesimpulannya, evolusi lebih tepat disebut sebagai dongeng daripada teori ilmiah.

(Diambil dari : Insight Magazine edisi 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar